Terus berkarya dan berusaha, ini awal yang baik dan pekerjaan yang baik semoga kedepan lebih baik lagi
**Penulis M. Raffa Ar Rasyid (IX A)
Broom, Broom, Suara knalpot Sepeda motor milik Sang ayah berbunyi di depan rumah, Aku pun lari untuk menanyakan begaimana hasil rapotku, tetapi aku melihat wajah sang ayah yang merasa marah dan kecewa.
Di karenakan hal tersebut Aku tidak Ingin menanyakan itu. Seketika Ayah ku marah terhadap ku karena aku mendapatkan peringkat 29 dari 31 siswa di kelas. Namaku Ikhsan, aku duduk di bangku kelas 3 SD, Ayah ku berprofesi Seorang petani dan Ibu ku Seorang IRT.
Ayah ku bertanya kepada ku,
Ayah: mengapa kau peringkat 29? (lalu di jawab oleh ikhsan)
Ikhsan: Aku telah berusaha semaksimal mungkin ucap Ikhsan.
Ayah: Bagaimana cara nya saat kau kelas 4, kau harus lebih dari itu?” ucap sang ayah.
Si Ikhsan pun mengiyakannya. Setelah ia mendengar kata-kata sang ayah,bukannya termotivası malahan aku semakin putus asa karena Ayahku meremehkan hasil usahaku.
Hari-hari telah ku jalani, Telapi tak satu pun yang merespon diri ku mulai giat belajar, malah yang ada berbagai cacian unuk diriku. Tetapi aku tetap mengambil cacian tersebut untak memotivasi diriku.
Dia pun belajar dan terus belajar untuk mendapatkan hasıl yang memuaskan. Banyak nya Ilmu yang diraih oleh Ikhsan. Seketika datanglah salah Seorang dari teman nya kepada dirinya.
Oji : Apa Gerangan kau kawan semakin giat belajar?” ucap sang teman yang bernama Oji
Ikhsan: “Banyak nya orang yang meremehkan ku”
Oji: Semoga saja tindakan mereka kau buktikan!
Ikhsan: Oke, lihat saja nanti (dengan nada percaya diri)
Hari ujian pun berlalu, dan tibalah pembagian rapot. Tidak salah seorang dari keluarga Ikhsan yang Ingin mengambil rapotnya. Dia pun meminta tolong kepada Ayah Oji yang ingin mengambil rapot Oji
Ikhsan: Pak bolehkah kau mengambil rapotku?
Ayah Oji: Tentu, namun mengapa Orang Tua mu tidak mengambilnya?
Ikhsan: Orang Tuanku terlalu sibuk dan tidak dapat memperdulikan anak tunggal ini. (dengan ekspresi sedih dan kecewa)
Tanpa di sangka-sangka Ayah Oji menatapku dengan penuh rasa gembira. Ayah Oji kagum dengan Ikhsan karena mendapat rangking 5 dari 31 Siswa, Semua murid tercengang termasuk dia dan Oji seperti bukan kenyataan. Dan Ikhsan pun kembali dengan sepeda dan rapot di dalam tas-Nya.
Sesampai di rumalı. Ikhsan melihat Ayah nya sedang berdiri di pintu dengan berkata
Ayah: “Bagaimanna hasil rapot mu?”
Ikhsan: Tanpa pikir panjang Ikhsan berkata “ Ayah lihat saja sendiri!”
Ayah Ikhsan sangat gembira atas perjuangan sang anak. Tetapi kali ini berbeda, Ayah-Nya memberi motivasi yang akan di tanam di hati Sang anak yaitu
Ayah: “Jika teman mu bisa, mengapa kamu tak bisa, karena itu kau mesti bisa juga, walaupun itu bukan bidang mu.”
Seketika, hati Ikhsan ingin seperti apa yang dikatakan oleh Ayah. Tahun-tahun gembira pun berlalu, la telah duduk di bangku kelas 12, la pun mendapat kabar yang tidak ingin di dapatkan tetapi ini semua takdir Sang Tuhan, Ayah nya meninggal dunia. la pun tak menyangka hal itu, tetapi setetes air mata pun tak jatuh, malahan Ia semakin bersemangat untuk lulus ke universitas Indonesia.
Karena ayah nya pernah mencoba untuk masuk ke universitas Indonesia tapi sayang hal tersebut tak terwujud. Tetapi siapa sangka semakin kecil kesempatan la untuk ke Universitas Indonesia, dikarenakan Ibunya yang sudah sakit-sakitan. Tetapi jiwa Ikhsan tidak patah demi mimpi almarhum sang Ayah untuk terwujud.
Sampailah saat Ikhsan mencoba untuk tes ke Universitas Indonesia, tapi lagi dan lagi itu tak terwujud karena nilai yang tak cukup. tapi dia hanya berkata dalam hati “Apa salah nya mencoba” (sambil kecewa atas usahanya).
Jika mimpi Ayah belum terwujud, dia tidak akan menyerah. Selama setahun dia tidak kulah hanya demi mencari uang untuk sang Ibu yang sakit-sakitan dan dirinya seorang.
Tahun penuh perjuangan pun berlalu, datang lah hari tes masuk ke universitas Indonesia, Dia teringat apa yang Ayah nya sampaikan ketika Ia jatuh.
Teringat kata Ayah: Jika temanmu bisa mengapa kau tak bisa, walupun hal tersebut bukan bidangmu
Karena ucapan almarhum sang Ayah Ia lulus tiga terbaik bidang matematika din Universitas Indonesia. Hati yang gembira untuk membawa kabar kepada Ibu yang mengalami struk ternyata ada salah seorang saudara Ikhsan yang ingin membiayai kehidupan serta biaya semester Ikhsan sampai kelulusannya tiba.
Kreekkkk, suara pintu rumah terbuka, Ikhsan yang membawa kabar gembira datang kepada sang Ibu yang tertidur di atas kasur yang empuk.
Ikhsan: Ibu, aku lulus tiga terbaik pada bidang matematika di Universitas Indonesia, dan ada saudara kita yang akan baiayakan uang kebutuhan dan semesterku. (Ucap Ikhsan dengan ekspresi yang sangat gembira)
Ibu: Alhamdulillah, akhirnya kau mewujudkan mimpi sang Ayah dan kau harus mengucap terimakasih terhadap Tuhan dan saudara yang berbaik hati itu (sambil tersenyum bahagia)
Ikhsan: Iya bu,
Ikhsan pun berziarah ke makam sang Ayah. Ia berdoa dan berkata kepada sang Ayah
Ikhsan: Yah, jika Ayah masih hidup pasti Ayah akan bangga kepadaku (sampil meneteskan air mata di depan batu nisan Ayahnya).
Ia pun teringat apa yang diakatakan Ayah saat Ia duduk dikelas 9, “Jika belum terwujud maka bersujuddan jika sudah terwujud jangan lupa bersujud” Ia pun lari ke masjid untuk berterimakasih atas apa yang diberikan Tuhan.
Setelah ia menjalani kuliah di Universitas Indonesia dengan lancar dan mendapat nilai yang memuaskan. la pun menginginkan Ibu nya bisa datang saat Ia lulus Sarjana (S1) di Universitas Indonesia.
Hari kelulusan nya pun tiba, Ibu Ikhsan dengan kursi roda yong di dorong oleh saudara membantunya. Mereka sangat bangga mendidik Ikhsan dari dia siswa yang bodoh hingga Ia bisa lulus di Universitas ternama. Banyaknya perusahaan yang memerlukan dirinya.
Salah satu, dia di tunjuk sebagai arsitek pambangunan jembatan terpanjang di indonesia, dan ditunjuk sebagai manager di perusahaan ternama.
Betapa susah perjalanan Ikhsan yang penul Cacian dari orang yang suka meremehkan-nya. Tapi sekarang Ikhsan membuktikan apa yang dikatakan teman-nya adalah salah.”Bagaimana pun cacian akanku ku terima untuk ku. Jadikan motivasi walaupun itu tertusuk ke hati yang dalam” ucap Ikhsan dengan gembira saat jembatan hasil karya nya terbuat dengan mulus.
Ikhsan pun sukses akibat cacian dan remehan para teman-temannya
Tamat!
Tinggalkan Komentar