Terus berkarya dan berusaha, ini awal yang baik dan pekerjaan yang baik semoga kedepan lebih baik lagi
Dayah, sering kali dianggap sebagai ‘penjara suci’ oleh beberapa kalangan yang melihatnya hanya sebagai institusi pendidikan yang monoton dan terbatas. Namun, pandangan tersebut melewatkan esensi sebenarnya dari pengalaman di Dayah.
Selain sebagai wadah pendidikan, Dayah adalah tempat untuk bercengkrama, sesama Santri akan bertukar cerita baik itu bahagia maupun duka sekalipun. Banyak hal positif yang bisa dimanfaatkan saat menempuh pendidikan di Dayah.
Yang awalnya tidak bisa cuci baju, akhirnya akan terlatih dengan sendirinya. Yang awalnya selalu dalam pelukan mama papa, akhirnya bisa bertualang dengan mandiri. Semua butuh proses untuk menemukan jati diri. Semua itu akan didapatkan ketika seseorang keluar dari zona nyaman-Nya.
Jika dinamika Dayah itu adalah “Penjara Suci”, Coba lihat potret Santri-santri Dayah SIDIQ, Leupung, Aceh Besar. Mereka tampak begitu gembira melakukan aktivitas pada sore hari. Ada yang belajar, ngaji kitab turats, main futsal, sepak bola, badminton, bahkan nyuci baju. Semua-nya memilki aktivitas masing-masing. Proses akan membuat mereka mandiri hingga kesuksesan menjemputnya.
Dayah seharusnya dipandang sebagai tempat transformasi mandiri, di mana para santri tidak hanya belajar akademik, tetapi juga mengalami pertumbuhan pribadi yang signifikan. Aktivitas seperti berinteraksi dengan sesama santri, belajar mandiri, dan berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler membantu mereka menemukan jati diri dan mengasah keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan di masa depan.
Oleh karena itu, Dayah harus dilihat sebagai lingkungan yang memungkinkan perkembangan holistik dan penuh potensi bagi individu, bukan sekadar sekolah yang membatasi.
Penulis | Arasha
Tinggalkan Komentar